Jawa

Diketik: Selasa, 01 November 2011 | Artikel Lainnya:
Mengenal (salah satu) Sejarah Huruf Jawa
        
Beberapa hari ini aku teramat sangat jarang jalan-jalan di blog bahkan gubug sendiri pun jarang ditempati karena akhir-akhir ini kepala dipenuhi berbagai macam tugas, mulai dari tugas kuliah biasa sampai merancang semacam penelitian kecil yang pengambilan datanya harus dilaksanakan di Indonesia. Hari ini aku sempatkan jalan-jalan di blog karena Alhamdulillah tadi siang semua berkas penelitian sudah kukirim ke Indonesia dan sekarang tinggal menunggu hasil pengambilan data dikirimkan kesini. Sekarang mumpung ada waktu senggang 2 malam maka aku sempatkan untuk menulis, kalau tulisanku nanti error ya mohon dimaklumi karena otak benar-benar sedang semakin tumpul.
Waduch…kok jadi curhat begini sich?
Jump to “saya”:

        Sekarang saya akan sedikit bercerita tentang salah satu budaya Jawa. Beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah  sedikit bercerita tentang budaya Jawa, yaitu penggunaan kata-kata untuk melambangkan bilangan: Candra dan Surya Sengkala. Sekarang saya masih akan bercerita tentang budaya Jawa yang masih ada kaitannya dengan tulis-menulis, yaitu tentang sejarah huruf Jawa atau kadang disebut huruf Hanacaraka dan juga makna filosofisnya. Mengingat panjangnya cerita tentang huruf Jawa ini maka saya akan menulis makna filosofis huruf Jawa di posting selanjutnya.
        Ada berbagai macam versi tentang riwayat huruf Jawa tersebut, ada yang menyebutkan bahwa yang pertama mencetuskan (mau pakai kata menciptakan ataupun menemukan rasanya tidak pas) huruf Jawa tersebut adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo dari kerajaan Mataram di Yogyakarta tetapi ada juga yang menyebutkan kalau huruf Jawa sebenarnya dikenalkan oleh Aji Saka. Nah, tentang riwayat Aji Saka itu sendiri juga ada beberapa versi karena ada yang mengatakan bahwa Aji Saka sebenarnya adalah seorang ulama dari Mekkah (tidak tahu nama aslinya) dan ada juga yang menyatakan bahwa Aji Saka adalah ksatria asli Jawa.
        Karena kebanyakan orang menyatakan bahwa Aji Saka-lah yang mengenalkan huruf Jawa pertama kali maka sekarang saya akan menceritakan salah satu versi sejarah munculnya huruf Jawa yang lumayan populer. Salah satu versi cerita menyatakan bahwa huruf Jawa tersebut sebenarnya menceritakan bagian dari sepenggal kisah perjalanan Aji Saka. Huruf Jawa tersebut menceritakan tentang kesetiaan dua orang pengikut Aji Saka.
        Kira-kira secara garis besar ceritanya seperti ini (saya yakin ada banyak versi lainnya):
        Aji Saka adalah seorang pengembara yang terkenal sebagai penakluk seorang raja penuh angkara murka, yaitu Prabu Dewata Cengkar. Dalam mengembara Aji Saka senantiasa diikuti dua orang pengikut setianya (maaf lupa namanya :D ). Ketika pengembaraan pada suatu tempat Aji Saka meninggalkan senjata pusakanya dan menyuruh salah seorang pengikutnya untuk menjaga senjata pusaka tersebut (ada versi lain yang menyatakan bahwa Aji Saka pergi mengembara dan senjata pusakanya ditinggalkan di keraton untuk dijaga salah seorang pengikutnya). Aji Saka menyuruh sang abdi untuk menjaga senjata pusaka baik-baik dan tidak boleh menyerahkan senjata pusaka tsb selain kepada Aji Saka sendiri.
        Aji Saka kemudian melanjutkan pengembaraan bersama seorang abdi yang lain hingga pada suatu tempat Aji Saka meminta abdinya yang kedua untuk mengambil senjata pusakanya yang ditinggalkan. Pergilah abdi yang kedua untuk mengambil pusaka, tetapi abdi pertama tidak mau menyerahkan pusaka karena dia memegang teguh perintah Aji Saka (hanya boleh menyerahkan pusaka kepada Aji Saka). Di lain pihak, abdi yang kedua juga bersikeras untuk menunaikan tugas dari Aji Saka untuk mengambil pusaka. Karena kedua orang abdi berusaha menjalankan tugasnya masing-masing maka akhirnya terjadilah pertarungan yang cukup seimbang yang mengakibatkan kematian kedua orang utusan tsb.
        Sehingga akhirnya kisah tersebut diabadikan dalam huruf Jawa sebagai berikut:
Makna di sebelah kanan :
Ha na ca ra ka        Hana caraka           Ada utusan
Da ta saw a la         Data sawala            Saling berselisih 
Pa dha ja ya nya     Padha jayanya        Sama kuatnya 
Ma ga ba tha nga   Maga bathanga      Sama-sama mati/ menjadi bathang (mayat)

Dari:
http://deking.wordpress.com




Respons to " Jawa "

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Baik & Sopan

Statistics

Copyright © 2015 - Alphaz 19 - All Rights Reserved | Partner: Izone 9 and Anime Gatez